1 mengidentifikasi nilai-nilai dan isi hikayat, 2. mengembangkan makna (isi dan nilai) hikayat, 3. membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen, 4. mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen. Adapun manfaat kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran adalah peserta Ind3 Mengidentiikasi nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat. PROSES PEMBELAJARAN A KEGIATAN 1 Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita Hikayat Hikayat termasuk cerita rakyat yang perlu dilestarikan. Cerita rakyat merupakan titipan budaya dari nenek moyang kepada generasi penerus bangsa. Cerita rakyat penting dilestarikan dan dikembangkan. 1 Mengidentifikasi isi pokok nilai cerita hikayat dengan bahasa sendiri. 2. Mengidentifikasi karakteristik hikayat. 3. Mengidentifikasi nilai nilai dalam hikayat. 4. Mengembangkan makna dan isi nilai hikayat. buatlah cerita pendek berdasarkan pengalaman mu atau orang lain dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan dalam cerpen B Mengembangkan Makna Isi dan Nilai Hikayat Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: 1. mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini; 2. menjelaskan kesesuaian kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. Dalamhikayat, semua unsur alur tersebut harus ada dan penempatannya harus runtut, mulai dari pengenalan hingga penyelesaian masalah. 6. Gaya. Adalah cara pengarang menyampaikan sebuah hikayat. Agar penyampaiannya menarik, seorang pengarang biasanya menggunakan berbagai macam-macam majas, seperti macam-macam majas perbandingan, macam-macam B Mengembangkan Makna (Isi dan Nilai) Hikayat Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: 1. mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini; 2. menjelaskan kesesuaian kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. B Mengembangkan Makna Isi dan Nilai Hikayat Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: 1. mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini; 2. menjelaskan kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. nc7t. Jakarta – Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan jiwa keluarga puri atau suku bangsa bangsawan, makhluk-sosok kenamaan, orang sejati di seputar puri dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat pemrakarsa utamanya. Secara etimologis, istilah hikayat dari dari bahasa Arab, yakni haka’, yang artinya menceritakan maupun mengarang. Loyalitas Tinggi, 2 Simpatisan Ini Bersepeda dari Paris ke Doha Bawa Timnas Prancis di Trofi Dunia 2022 Bukti Timnas Korea Kidul Percaya Dongeng di Piala Dunia 2022 Lirik Lagu DINO SONG – Mr. Popolo feat. Jasmani Hanoto Darurat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, hikayat yaitu karya sastra lama Jawi berbentuk prosa yang ampuh cerita, undang-undang, dan alur berkepribadian kalkulasi, keagamaan, kuno, biografis, atau gabungan sifat-resan itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit spirit juang, atau sahaja untuk memeriahkan pesta. Hikayat dapat dibilang miripcerita sejarah atau berbentuk biografi, yang di dalamnya banyak terletak hal-hal yang enggak turut akal dan penuh keajaiban. Kebanyakan hikayat berisi kisah tentang kesaktian, umur raja, kisah si baik dan si bengis, dan kisah-kisahan takhayul lainnya. Privat hikayat galibnya kisahnya bererak bahagia dan dimenangkan oleh otak yang baik sebagai pengambil inisiatif utama atau pahlawan. Wajar hikayat biasanya akan dibacakan bak hiburan atau pelipur lara, bahkan buat menyalakan nyawa juang seseorang. Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri hikayat, unsur, isi dan nilai-nilainya yang perlu diketahui, seperti mana dilansir berbunga laman Kamis 23/9/2021. Berita Video Cerita Pemain Tottenham Hotspur, Son Heung-min tentang Wajib Militer dan Rindu Akan Klub Ciri-Ciri atau Karakteristik Hikayat Ilustrasi masa habis, sejarah. Photo by Chris Lawton on Unsplash Hikayat merupakan babak dari prosa lama yang memiliki ciri-ciri andai berikut 1. Menggunakan bahasa Melayu lama. 2. Pralogis, yaitu ceritanya kadang-kadang selit belit diterima akal bulus. 3. Keraton sentries, yaitu siasat cerita berada di lingkungan istana. 4. Anonim, maksudnya yaitu prosa tersebut lain jelas siapa pengarangnya. 5. Statis, ialah bersifat sah dan tetap. 6. Memperalat kata arkhais, yaitu kata-kata yang kini tidak lazim digunakan, semisal pengenalan sebermula, hatta, dan syahdan. Anasir-Unsur Intrinsik Hikayat Ilustrasi masa lampau, sejarah. Photo by Joanna Kosinska on Unsplash Unsur-unsur privat hikayat enggak jauh berbeda dari prosa-prosa lainnya. Hikayat dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah zarah pembangun kisahan semenjak privat. Padahal partikel ekstrinsik merupakan anasir pendiri cerita dari luar. Berikut ini unsur-elemen instrinsik n domestik sebuah hikayat 1. Tema, merupakan gagasan nan mendasari cerita. 2. Galur, merupakan perikatan peristiwa intern cerita. – Alur maju/lurus/progresif → kejadian diceritakan secara urut dari awal setakat akhir. – Alur mundur/flashback/regresif → cerita dimulai dari akhir atau tengah konflik kemudian dicari sebab-sebabnya. – Galur campuran/modern ki bertambah → menggunakan dua alur novel/durja. 3. Satah, merupakan medan, waktu, dan suasana yang tergambar dalam kisah. – bekas → di mana peristiwa itu terjadi. – periode → kapan peristiwa itu terjadi. – suasana→ bagaimana hal hari kejadian itu terjadi. 4. Penggagas, merupakan pemeran cerita. Visualisasi watak tokoh disebut penokohan. Dedengkot → nama tokoh/praktisi dalam hikayat ada pencetus antagonis, protagonis, tritagonis Perwatakan → watak/sifat/karakteristik para tokoh secara fisik maupun kerohanian Pencitraan watak → cara pengarang mencitrakan watak tokoh, ini dibedakan menjadi lima kaidah a. sinkron b. dialog dedengkot c. tanggapan tokoh bukan d. urut-urutan manah induk bala e. tingkah laku dan lingkungan tokoh 5. Laporan, yaitu pesan yang disampaikan pengarang melalui kisahan 6. Tesmak pandang, merupakan trik pengisahan berpangkal mana satu cerita dikisahkan makanya penutur – orang pertama tokoh utama – orang purwa tokoh sampingan – insan ketiga serba tahu – cucu adam ketiga tokoh utama – bani adam ketiga dalam kisah/sebagai pengamat 7. Gaya, berkaitan dengan bagaimana pencatat melayani narasi menggunakan bahasa dan unsur-unsur keindahan lainnya. – Suatu kisahan tak terlepas dengan bahasa metafor dan konotasi, misalnya metafora, personifikasi, hiperbola, paradoks, sinestesia, sinekdok. Isi dan Nilai-Skor Hikayat Ilustrasi membaca gerendel. Credit Isi Hikayat Mengerti isi hikayat yakni dengan cara menentukan bisa jadi tokohnya, apa yang dilakukan, bagaimana ia berbuat, dengan kelihatannya anda melakukan, di mana ia melakukan, barang apa hasil berpokok yang dilakukan, dan sebagainya 5 W+1 H. Nilai-Nilai Hikayat Sebelum membahas nilai-nilai dalam hikayat, ketahui lampau perbedaan dengan amanat. Pemberitaan adalah pesan yang akan disampaikan pengarang lewat karyanya. Provisional nilai-nilai merupakan tuntunan perilaku atau hidup sesorang. Oleh karena itu, nilai-ponten biasanya kelihatan lega kepribadian biang kerok cerita tersebut. Berikut nilai-nilai dalam hikayat yang perlu diketahui. Nilai-nilai Hikayat 1. Kredit Moral Angka akhlak dalah nilai yang berhubungan dengan baik buruknya sikap alias perbuatan tokoh internal hikayat. 2. Kredit sosial Nilai sosial merupakan kredit yang gandeng dengan kehidupan di intern masyarakat. 3. Biji agama Nilai agam merupakan kredit nan gandeng dengan komplikasi keyakinan atau kombinasi manusia dengan Halikuljabbar. 4. Nilai Pendidikan Biji pendidikan adalah nan berbimbing dengan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan latihan. 5. Biji Budaya Skor Budaya merupakan nilai yang berhubungan dengan adat istiadat dan tamadun suatu area nan mendasari suatu cerita. Sumber B. Mengembangkan Makna Isi dan Nilai Hikayat Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu 1. mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini; 2. menjelaskan kesesuaian kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. Dalam pembelajaran sebelumnya, kamu sudah belajar mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat. Sekarang kamu akan belajar menganalisis nilai- nilai dalam hikayat mana yang masih seuai dengan kehidupan saat ini. Kegiatan 1 Mengidentifikasi Nilai-nilai dalam Hikayat yang Masih Sesuai dengan Kehidupan Saat ini Perhatikan contoh berikut ini. Kutipan Hikayat Analisis Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.” Terdapat nilai budaya yaitu mencari menantu melalui sayembara. Nilai budaya ini sudah tidak sesuai dengan kehidupan saat ini. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, ikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Terdapat nilai didaktis yaitu kewajiban untuk mempelajari berbagai bidang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Nilai didaktis ini masih sesuai dengan kehidupan saat ini. 125 Bahasa Indonesia Tugas Bacalah hasil analisis nilai-nilai yang terkandung dalam Hikayat Bayan Budiman di atas, kemudian analisislah apakah nilai-nilai tersebut masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Kegiatan 2 Menjelaskan Kesesuaian Nilai-nilai dalam Hikayat dengan Kehidupan Saat ini dalam Teks Eksposisi Pada bagian terdahulu kamu sudah mempelajari teks eksposisi yaitu teks yang digunakan untuk menyampaikan suatu pendapat disertai dengan argumen yang mendukung. Dalam bagian ini kamu akan belajar menjelaskan bagaimana kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. Kamu dapat menggunakan nilai-nilai yang telah kamu identifikasi dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Perhatikan contoh berikut ini. Nilai dalam Hikayat Tesis Pernyataan Sikap Nilai didaktis yaitu kewajiban untuk mempelajari berbagai bidang ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Hingga saat ini, kewajiban menuntut ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama masih relevan. Contoh pengembangan tesis dalam teks eksposisi Hingga saat ini, menuntut ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama masih relevan. Masyarakat masih memegang teguh nilai edukasi ini. Hal ini dapat kita lihat dari makin besarnya ketertarikan orang tua mengirim anak-anaknya ke sekolah yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agam seperti Islamic Boarding School, ramainya Sekolah Minggu, dan sebagainya. Buku-buku berisi pendidikan agama juga makin laris dibeli. Bahkan, pemerintah melalui pembelajaran saat ini menetapkan keharusan mengntegrasikan nilai-nilai agama pada semua mata pelajaran. Kelas X SMAMASMKMAK 126 Tugas Buatlah tesis berdasarkan nilai-nilai dalam hikayat yang masih relevan dengan kehidupan saat ini. Selanjutnya kembangkanlah tesis tersebut ke dalam teks eksposisi. C. Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Hikayat dengan Cerpen Kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata dongeng. Cerita prosa rakyat fiktif atau tidak benar-benar terjadi dan sering melukiskan sebuah sindiran hingga pesan moral ini, terdiri dari beberapa jenis, salah satu jenis dongeng ialah hikayat. Hikayat adalah cerita rekaan dalam sastra Melayu lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. Dongeng jenis ini umumnya mengisahkan kehebatan seseorang lengkap dengan keanehan hingga mukjizat dari tokoh utama. Pengertian Hikayat Karya sastra bersifat fiksi ini, dalam bahasa Arab, berasal dari kata 'hikayah' yang berarti kisah, dongeng atau cerita. Sedangkan, secara harafiah hikayat memiliki arti kenang-kenangan atau sebagai riwayat dari buah pemikiran sang pujangga kepada orang lain. Sama dengan dongeng, hikayat dituturkan berdasarkan imajinasi sang penulis dalam dunia rekaan, sehingga kisahnya hanya sebatas khayalan saja dan digunakan hanya sebagai penghibur. Selayaknya cerita fiksi, hikayat juga memiliki unsur-unsur intrinsik berupa tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan amanat yang ingin disampaikan. Ciri-ciri Hikayat Teks hikayat memiliki ciri-ciri sebagai berikut Menggunakan bahasa Melayu. Memiliki tema kerajaan. Bersifat tidak masuk akal atau khayalan. Statis atau bersifat kaku dan tetap. Tidak memiliki pengarang yang jelas. Menggunakan kata-kata arkhais dan jarang digunakan. Bersifat edukasi. Unsur Intrinsik Hikayat Unsur intrinsik hikayat terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya, bahasa, sudut pandang, dan amanat. Tema Tema biasanya tidak dijelaskan dalam sebuah cerita. Pembaca harus membaca terlebih dahulu alur cerita sehingga mengenali rangkaian peristiwa di dalamnya. Tokoh Tokoh merupakan unsur penting untuk mengembangkan cerita. Tokoh dalam cerita menggambarkan karakter tokoh, pengungkapan jalan pikiran, penggambaran fisik, dan gambaran lingkungan tempat tinggal tokoh. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Alur dibagi menjadi alur maju, mundur, dan alur campuran. Sudut Pandang Sudut pandang hikayat adalah segi pandang penulis sebagai pengamat di luar cerita. Pengarang bisa memakai kata ganti orang ketiga untuk menceritakan peristiwa atau tokoh utama. Pengarang bisa mengganti tokoh utama dengan sebutan aku yang memakai kata ganti pertama. Latar Latar biasanya berhubungan dengan suasana, waktu, dan tempat terjadinya cerita. Gaya Bahasa Gaya bahasa berguna untuk menciptakan nada atau suasana persuasif. Gaya bahasa ini memperlihatkan dialog dan interaksi antar tokoh. Penulis perlu memakai bahasa yang cermat untuk menceritakan suasana dan imajinasi pembaca. Amanat Pesan biasanya disampaikan oleh penulis pada pembaca tentang nilai moral dalam sebuah hikayat. Amanat ini berupa perbuatan baik akan mengalahkan perbuatan jahat. Jenis-jenis Teks Hikayat 1. Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya, teks hikayat terbagi menjadi beberapa jenis, yakni cerita rakyat, epos India, cerita dari Jawa, cerita Islam, sejarah dan biografi, serta cerita bertingkat. 2. Berdasarkan Asalnya Berdasarkan asalnya, hikayat dibagi menjadi Melayu asli, Jawa, Hindu India, dan Arab-Persia. Nilai-nilai Hikayat Nilai-nilai hikayat merupakan tuntutan perilaku atau hidup seseorang. Nilai ini biasanya tercermin pada karakter tokoh cerita hikayat. Berikut nilai-nilai dalam hikayat Nilai moral Berhubungan dengan baik buruknya sikap atau perbuatan tokoh dalam hikayat. Nilai sosial Berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Nilai agama Berhubungan dengan masalah keagamaan atau hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai pendidikan Berhubungan dengan sikap dan tata laku seseorang . Nilai budaya Berkaitan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah yang mendasari cerita hikayat. Contoh Teks Hikayat Contoh teks hikayat "Hang Tuah" Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orangdi Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan ”Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh. Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?" Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, ”Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya”. Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!" Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, "Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini,". Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak? Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,"Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu. Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya. Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, "Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?" Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, "Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini". Maka Baginda bertitah, "Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya". Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka. Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.” Ciri-Ciri Hikayat – Pada dasarnya hikayat mempunyai fungsi untuk menghibur, sebab ceritanya yang biasa berakhir bahagia dan dimenangkan oleh tokoh berwatak baik sebagai tokoh utamanya. Hikayat ini umumnya dibaca sebagai hiburan maupun pelipur lara, serta pula untuk menumbuhkan semangat juang seseorang. Sebelum Anda mengetahui mengenai ciri-ciri hikayat, maka tentunya Anda perlu memahami makna hikayat terlebih dulu. Perlu Anda ketahui bahwa kaya “hikayat” ini berasal dari bahasa arab yakni “Haka” yang artinya bercerita atau menceritakan. Guna mengetahui secara lebih lengkap dan jelas, Anda bisa menyimak pembahasan secara lengkap dibawah ini. Mulai dari pengertian hikayat, ciri-ciri hikayat, hingga dengan contoh hikayat. A. Pengertian Hikayat Secara UmumB. Pengertian Hikayat Berdasarkan Para Ahli1. Menurut Sugiarto2. Menurut Sudjiman3. Menurut SuherliC. Ciri-ciri HikayatD. Tujuan HikayatE. Struktur Hikayat1. Abstrak2. Orientasi3. Komplikasi4. Resolusi5. KodaF. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari HikayatG. Nilai-nilai Dalam Hikayat1. Nilai Moral2. Nilai Sosial3. Nilai Agama4. Nilai Pendidikan5. Nilai BudayaH. Jenis Hikayat1. Jenis Hikayat Menurut Isinya2. Jenis Hikayat Menurut AsalnyaI. Contoh HikayatRekomendasi Buku & Artikel TerkaitKategori Ilmu Bahasa IndonesiaMateri Terkait A. Pengertian Hikayat Secara Umum Secara umum, Hikayat merupakan karya sastra lama yang berbentuk prosa dengan mengisahkan kehidupan keluarga istana, kaum bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktiannya, keanehan, dan juga mukjizat dari tokoh utama. Berdasarkan etimologis, istilah kata Hikayat berasal dari bahasa Arab, yakni “Haka”. Arti dari kata “Haka” berarti bahwa menceritakan atau bercerita. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, hikayat merupakan karya sastra lama melayu yang berbentuk prosa. Di dalam hikayat berisi mengenai cerita, undang-undang, dan juga silsilah bersifat rekaan, keagamaan, biografis, maupun gabungan sifat-sifat yang dibaca sebagai pelipur lara, pembangit semangat, atau hanya sekedar meramaikan pesta. Hikayat dapat dikatakan serupa dengan cerita sejarah yang berbentuk riwayat hidup. Di dalam hikayat ada beberapa hal yang dianggap tidak masuk akal, dan penuh dengan keajaiban. Umumnya hikayat berisi cerita mengenai kesaktian, kehidupan raja, cerita antara orang baik dan orang jahat, dan cerita khayalan lainnya. Dalam hikayat pun banyak mengisahkan cerita yang berakhir bahagia dan dimenangkan tokoh utama maupun pahlawan. Wajar saja bila hikayat biasa dibaca sebagai hiburan atau pelipur lara, dan bahkan guna membangkitkan semangat juang seseorang. B. Pengertian Hikayat Berdasarkan Para Ahli Terdapat sejumlah pengertian hikayat berdasarkan para ahli, diantaranya yaitu 1. Menurut Sugiarto Kata “hikayat” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti yaitu kisah atau cerita. Pada awalnya kata ini dipakai di dalam bahasa Melayu yang makna aslinya masih melekat. Dengan begitu, tidak heran jika semua karya berbentuk prosa dalam sastra melayu lama biasa disebut hikayat. 2. Menurut Sudjiman Berdasarkan istilah, kata Hikayat di awal judul kisah membuat adanya kesalahpahaman bagi orang dulu. Karena naskah-naskah kisah Melayu ini ditulis menggunakan huruf Melayu dan Arab. Sehingga saat naskah itu disalin ke dalam huruf latin, maka kata hikayat ditulis menggunakan huruf kapital, sehingga terjadi kesalahpahaman penyalin naskah yang menganggap bahwa kata hikayat sebagai bagian dari judul kisah. 3. Menurut Suherli Hikayat ini merupakan berbagai jenis cerita rakyat yang termasuk ke dalam sebuah teks narasi. Hikayat adalah cerita melayu klasik yang menunjukkan unsur penceritaan dengan ciri-ciri berupa kesaktian dan kemustahilan dari para tokoh. Hikayat adalah bagian dari prosa lama yang mempunyai ciri-ciri, diantaranya yaitu 1. Memakai bahasa Melayu lama 2. Pralogis, artinya cerita yang terkadang sulit untuk diterima dalam akal fikiran. 3. Istana sentris, artinya pusat cerita berada di lingkungan istana. 4. Anonim, artinya prosa yang tidak jelas siapa pengarangnya. 5. Statis, artinya bersifat tetap dan baku. 6. Memakai kata arkais, artinya kata-kata yang saat ini tidak lazim untuk digunakannya, seperti kata hatta, sebermula, dan syahdan. 7. Bersifat tradisional. Umumnya ciri-ciri hikayat memang bersifat memang memiliki sifat tradisional atau meneruskan kebiasaan, dan budaya yang dianggap baik. 8. Menggunakan bahasa klise, artinya memakai bahasa secara berulang-ulang. 9. Memiliki sifat didaktis, hal itu supaya bisa mendidik dengan cukup baik secara religi maupun moral. 10. Magis, artinya pengarang membawa pembaca ke dalam dunia khayalan, sehingga nantinya pembaca akan berimajinasi secara indah. 11. Mengisahkan cerita secara universal, misalnya terdapat adanya perang baik dengan perang buruk. Nantinya peperangan itu akan memenangkan kebaikan bukan keburukan maupun kejahatan. 12. Mempunyai akhir bahagia. D. Tujuan Hikayat Berikut adalah tujuan penulisan dari teks hikayat, diantaranya yaitu 1. Sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat bagi pembaca. 2. Sebagai sarana untuk menghibur. 3. Sebagai sarana untuk meramaikan suatu acara maupun suasana. 4. Sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur. E. Struktur Hikayat Terdapat struktur penulisan dari teks hikayat, diantaranya yaitu 1. Abstrak Abstrak di dalam teks hikayat ini memiliki sifat opsional. Sehingga boleh ada dan boleh tidak ada di dalam teks hikayat. Abstrak sendiri, adalah gambaran secara umum mengenai keseluruhan dari isi hikayat. 2. Orientasi Di dalam struktur orientasi ini berisi mengenai sebuah informasi tentang latar dari cerita atau peristiwa terjadi. Informasi yang dimaksudkan berkaitan dengan ihwal siapa, dimana, kapan, dan mengapa. 3. Komplikasi Struktur Komplikasi ini berisi mengenai rangkaian sebuah peristiwa yang disusun secara kronologis, berdasarkan urutan waktu dengan mencangkup kejadian-kejadian utama yang dialami oleh tokoh. Di dalam bagian komplikasi ini juga berisi tentang konflik yang menjadi daya tarik dari sebuah cerita. 4. Resolusi Di dalam struktur resolusi berisi tentang pernyataan kesimpulan mengenai sebuah rangkaian peristiwa yang sudah diceritakan pada sebelumnya. Di bagian ini pula terdapat sebuah konflik yang mulai reda dan kerap dikenal sebagai bagian pemecahan masalah. 5. Koda Koda adalah kata-kata penutup yang mempunyai fungsi sebagai kesimpulan dan penegasan kembali mengenai sebuah pesan penting yang ada di dalam isi hikayat tersebut. Struktur koda ini termasuk dalam bagian yang opsional. F. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Hikayat Unsur-unsur yang ada di dalam hikayat ini tidak jauh berbeda dengan prosa-prosa lainnya. Hikayat sendiri dibentuk dengan memakai unsur Intrinsik dan Ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembagun cerita dari dalam. Sementara unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun dari luar. Berikut adalah unsur-unsur intrinsik dalam sebuah hikayat, diantaranya yaitu 1. Tema, adalah sebuah gagasan yang mendasari suatu cerita. 2. Alur, adalah suatu jalinan peristiwa dalam sebuah cerita. Alur ini memiliki 3 tiga kategori yakni a. Alur maju atau lurus atau progresif, artinya peristiwa ini diceritakan secara urut mulai dari awal hingga dengan akhir. b. Alur mundur atau flashback atau regresif, artinya cerita ini dimulai dari akhir maupun tengah bagian konflik, kemudian dicari sebab-sebabnya. c. Alur campuran atau maju mundur, artinya memakai dua alur yakni alur maju dan mundur seperti novel atau roman. 3. Latar, berisi mengenai latar tempat, waktu, dan suasana yang tergambar dalam sebuah cerita. Berikut adalah sekilas penjelasan tentang latar latar tempat, waktu, dan suasana. a. Latar tempat, artinya dimana cerita ini terjadi. b. Latar waktu, artinya kapan peristiwa tersebut terjadi. c. Latar suasana, artinya bagaimana keadaan waktu cerita itu terjadi. 4. Tokoh, adalah seorang pemeran cerita. Penggambaran watak tokoh ini dikenal dengan nama penokohan. Berikut sekilas penjelasan tentang tokoh, perwatakan, dan penggambaran watak, diantaranya yakni a. Tokoh yaitu nama tokoh atau pelaku dalam hikayat. Terdapat tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis. b. Perwatakan yaitu watak atau sifat atau karakteristik dari para tokoh secara fisik maupun kejiwaannya. c. Penggambaran watak yaitu cara pengarang dalam menggambarkan watak tokoh, hal itu bisa Anda lakukan menggunakan 5 lima cara ini, yakni Secara langsung Secara dialog antar tokoh Tanggapan tokoh lain Jalan pikiran para tokoh Tingkah laku, dan lingkungan para tokoh. 5. Amanat, adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang lewat sebuah cerita. 6. Sudut pandang, adalah pusat pengisahan dari mana suatu cerita itu dikisahkan oleh para pencerita. Apakah dari orang pertama tokoh utama, orang pertama sebagai tokoh sampingan, orang ketiga sebagai orang serba tahu, orang ketiga sebagai tokoh utama, dan orang ketiga dalam suatu cerita atau sebagai pengamat. 7. Gaya, adalah bagaimana seorang penulis menyajikan sebuah cerita dengan memakai bahasa, serta unsur-unsur keindahan lainnya. Suatu cerita ini tidak terlepas dengan sebuah bahasa kias dan juga konotasi, seperti majas metafora, hiperbola, personifikasi, paradoks, sinekdok, sinestesia, dan lainnya. Selain unsur intrinsik, terdapat pula unsur ekstrinsik di dalam sebuah hikayat yang mempunyai hubungan dengan latar belakang dari cerita. Contohnya yaitu latar belakang adat, agama, budaya, dan lain sebagainya. Perlu Anda ketahui bahwa unsur ekstrinsik ini pula memiliki kaitan dengan nilai atau norma kehidupan dalam suatu cerita. Misalnya nilai moral, budaya, agama, dan masih banyak lagi lainnya. G. Nilai-nilai Dalam Hikayat Sebelum memahami mengenai nilai-nilai yang ada di dalam hikayat, perlu diketahui terlebih dahulu perbedaanya dengan amanat. Amanat merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang lewat karya. Sedangkan nilai-nilai yaitu tuntunan perilaku atau hidup dari seseorang. Oleh sebab itu, nilai-nilai umumnya terlihat pada karakter dari tokoh cerita tersebut. Nah, berikut adalah nilai yang ada di dalam hikayat yang perlu untuk Anda ketahuinya, antara lain 1. Nilai Moral Nilai moral merupakan nilai yang berkaitan dengan baik buruknya suatu sikap atau perbuatan para tokoh di dalam hikayat. 2. Nilai Sosial Nilai sosial adalah suatu nilai yang berkaitan dengan kehidupan yang ada di dalam masyarakat. 3. Nilai Agama Nilai agama merupakan nilai yang berkaitan dengan masalah keagamaan atau hubungan seorang hambanya dengan tuhan. 4. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan merupakan nilai yang berkaitan dengan sikap dan tata laku dari seseorang melalui suatu upaya pengajaran dan latihan. 5. Nilai Budaya Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah yang mendasari sebuah cerita. H. Jenis Hikayat Jenis-jenis hikayat dikategorikan ke dalam 2 dua jenis, yakni jenis hikayat menurut isinya dan jenis hikayat menurut asalnya. Berikut adalah sekilas ulasannya. 1. Jenis Hikayat Menurut Isinya Jenis hikayat menurut isinya ini dibedakan menjadi 6 enam, antara lain a. Cerita Rakyat b. Cerita Jawa c. Cerita Islam d. Epos India e. Biografi dan Sejarah f. Cerita Berbingkai 2. Jenis Hikayat Menurut Asalnya Jenis hikayat menurut asalnya dibedakan menjadi 4 empat bagian, yakni 1. Melayu Asli, contohnya yaitu Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indera Bangsawan, dan Hikayat Malim Deman. 2. Pengaruh Jawa, contohnya yaitu Hikayat Weneng Pati, Hikayat Panji Semirang, dan Hikayat Indera Jaya dari cerita Anglingdarma. 3. Pengaruh Hindu atau India, contohnya yaitu Hikayat Perang Pandhawa dari cerita Mahabarata, Hikayat Sri Rama dari cerita Ramayana, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Sang Boma dari cerita Mahabarata. 4. Pengaruh Arab dan Persia, contohnya yaitu Hikayat Seribu Satu Malam, Hikayat Amir Hamzah atau Pahlawan Islam, dan Hikayat Bachtiar. I. Contoh Hikayat Hikayat memiliki beraneka macam contoh. Nah, berikut ini telah disajikan contoh hikayat tentang Si Miskin dan Marakarma berikut ceritanya. Hikayat Si Miskin dan Marakarma Hikayat Si Miskin dan Marakarma dimulai saat seorang raja bernama keinderaan terkena sumpah dari Batara Indera. Seorang raja beserta istri menjadi hidup miskin dan sengsara dalam sebuah hutan di negeri bernama antah berantah dengan dipimpin oleh seorang raja yakni Indra Dewa. Kedua pasangan ini kerap disebut sebagai si miskin yang setiap harinya selalu memperoleh siksaan dan penganiayaan dari para penduduk sekitar. Salah satu siksaan dan penganiayaan berupa dilempari batu. Beberapa tahun kemudian, kedua pasangan ini diberikan momongan berupa anak laki-laki yang dinamai Marakarma, artinya anak dalam kesukaran. Anak kedua pasangan tersebut merupakan anak semata wayang sehingga dia selalu merawatnya dengan rasa penuh kasih sayang. Pada suatu hari, si miskin menggali tanah dan menemukan sebuah ranjau yang isinya adalah emas yang dapat dipakai sampai ke anak cucunya. Dengan kuasa Tuhan, tempat itu berdiri sebuah kerajaan lengkap bernama Puspa Sari. Sesudah kerajaan itu berdiri, keduanya mengganti nama menjadi Maharaja Indera Angkasa dan Tuan Puteri Ratna Dewi. Kebahagiaan keduanya bertambah dengan hadirnya seorang anak perempuan bernama Nila Kesuma. Dengan kehidupan yang lebih baik, mereka pun tidak luput dari kejahatan orang setempat. Misalnya perlakuan yang dilakukan oleh Maharaja Indera Dewa, yang sangat iri dengan negeri bernama Puspa Sari dan kebaikan hati seorang rajanya. Kemudian, ia pun melakukan sebuah rencana jahat kepada keluarga Raja Indera Angkasa. Ahli nujum pun terperangkap bujuman Raja Indera Angkasa dengan memberitahukan ramalan palsu yang mengatakan bahwa kedua anak dari Maharaja Indera Dewa hanya akan menimbulkan sebuah celaka untuk orang tuanya. Akibatnya, kedua anak itu diminta pergi atau keluar dari negeri Puspa Sari. Tidak membutuhkan waktu yang lama negeri Puspa Sari pun juga turut hancur dan raja beserta ratunya juga hidup miskin kembali. Keduanya kemudian berlari ke hutan. Anaknya Marakarma pun disangka sebagai seorang pencuri, lalu dibuang ke laut. Sementara itu, Nila Kesuma ditemukan oleh seorang Raja Mengindera. Setelah itu menjadi seorang istrinya dan ia pun mengganti namanya menjadi Mayang Mengurai. Nasib Marakarma yang hanyut di laut sampai ditelan oleh ikan pun ditemukan oleh seorang bernama Cahaya Chairani dan Nenek bernama Kabayan. Marakarma pun akhirnya hidup bersama dengan nenek kabayan tersebut. Kehidupannya sebagai penjual bunga dan Marakarma pun bertemu kembali dengan istrinya yakni Cahaya Chairani. Dia pun mengetahui bahwa Putri Mayang sebagai adik kandungnya berkat cerita dari nenek. Lalu, bergegas Marakarma menjumpai adiknya dan pergi ke negeri Puspa Sari untuk menemui ibunya yang masih hidup menderita menjadi pemungut kayu. Marakarma meminta pada Dewa untuk mengembalikan negeri Puspa Sari seperti dahulu kala. Kesaktian Marakarma ini bisa mengalahkan serangan dari negeri Antah Berantah yang dengki terhadap negeri Puspa Sari. Kemudian, Marakarma menjadi seorang raja di Palinggam Cahaya, merupakan negeri dari mertuanya dan keluarganya hidup bahagia di negeri Puspa Sari. Demikian pembahasan mengenai ciri-ciri hikayat dan lainnya. Semoga pembahasan diatas dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembacanya. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien

bagaimana mengembangkan makna dalam hikayat